Masjid Jami’, Masjid Tertua di Bengkulu



Masjid Jami’, Masjid Tertua di Bengkulu

Masjid Jami', Bengkulu
Sudah banyak tulisan yang mengungkap tentang keberadaan Masjid Jami’ Bengkulu akan tetapi tulisan tentang sejarah pendirian Masjid tersebut masih sangat minim. Masyarakat luas hanya mengetahui bahwa masjid tersebut dibangun oleh presiden pertama RI, Ir. Soekarno. Padahal Masjid Jami’ sudah berdiri jauh sebelum Ir. Soekarno diasingkan ke Bengkulu, yaitu pada abad 18 M. Sebelum berada di lokasi yang saat ini, menurut wawancara dengan imam masjid yang juga merupakan keturunan Imam pada masa pengasingan bung karno, lokasi masjid Jami’ berada di dekat pantai. Pemindahan masjid ini menurut imam masjid dikarenakan lokasi lama sering  tergenang air.

Bengkulu, The Land Of Rafflesia



Bengkulu, The Land Of Rafflesia


Bunga Rafflesia Arnoldi (dalam ukuran sebenarnya)
            The Land Of Rafflesia, julukan tersebut sangat cocok dengan kota Bengkulu yang merupakan wilayah endemik bunga Rafflesia Arnoldi yang sangat terkenal. Di Bengkulu juga pertama kali bunga ini ditemukan oleh pemandu Dr. Joseph Arnold. Dr. Joseph Arnold sendiri tengah mengikuti ekpedisi yang dipimpin oleh gubernur Hindia Belanda waktu itu Thomas Stamford Raffles. Maka penamaan bunga tersebut dari penggabungan Raffles dan Arnold munculah nama Rafflesia Arnoldi. Ekspedisi Raffles sendiri merupakan ekspedisi yang dilakukan untuk menggali sejarah Sumatra yang sudah mulai merosot karena Imperialisme Belanda dan untuk mempertahankan Inggis di tanah Melayu.

Lawang Sanga, Gerbang Laut Keraton Kasepuhan



Lawang Sanga, Gerbang Laut Keraton Kasepuhan

Bangunan Lawang Sanga

Sangat sedikit tulisan yang mengangkat Lawang Sanga. Sangat banyak tulisan tentang Cirebon yang mengangkat wisata keraton. Padahal selain keraton banyak tempat bersejarah di Cirebon yang berhubungan dengan sejarah Islam Cirebon seperti Lawang Sanga. Lawang Sanga merupakan bangunan kecil bersejarah dan termasuk dalam bangunan cagar budaya yang terletak di tepi Sungai Kriyan di bagian belakang Keraton Kasepuhan dan merupakan pintu gerbang keraton Kasepuhan dari arah perairan. Bangunan ini mempunyai peranan penting pada masa lalu karena tamu-tamu Kesultanan Cirebon yang akan menuju ke istana datang dan pergi dari pintu tersebut. Peranan Lawang Sanga ini tidak hanya dalam bidang sosial ekonomi saja, akan tetapi juga dalam bidang lain seperti kebudayaan, pendidikan dan politik. Pada jaman dahulu Kesultanan Cirebon yang merupakan Kesultanan Islam yang cukup besar telah mengadakan hubungan multilateral dengan negara, bangsa dan kerajaan lain, seperti dari Gujarat, Campa, Cina, Arab dan lain sebagainya. Peranan Lawang Sanga sebagai pintu gerbang Keraton dari arah perairan Laut Jawa ini demikian penting sehingga konon dahulu daerah tersebut dahulu merupakan daerah yang cukup sibuk.

Bayang-Bayang Kehancuran Keraton di Cirebon



Bayang-Bayang Kehancuran Keraton di Cirebon



Kolam Langensari
Pudarnya eksistensi keraton sebagai penguasa wilayah diikuti oleh lemahnya pengawasan pada wilayahnya. Tidak mengherankan jika banyak terjadi alih fungsi lahan di sekitar keraton baik itu keraton Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan maupun Kaprabonan. Banyak tanah keraton telah beralih kepemilikan secara legal tak sedikit yang telah bersertifikat dan tak sedikit pula yang ilegal dengan status magersari. Tanah magersari di sekitar keraton dimanfaatkan secara tidak terkendali sehingga menyebabkan ancaman terhadap keberadaan Cagar Budaya. Beberapa bangunan cagar budaya diubah dan dirusak untuk pemukiman. Misalnya tembok benteng keraton Kasepuhan dibelakang keraton banyak yang sudah berubah menjadi tembok rumah warga. Tidak hanya di Kasepuhan alih fungsi lahan juga terjadi di tiga keraton lainya, di Kanoman pinggir alun-alun keraton mejadi toilet pasar Kanoman, rumah penduduk diluar benteng/dinding kraton dinding rumah menempel langsung pada dinding kraton. Di kacirebonan, karena pembagian warisan beberapa tanah di gunakan untuk bangunan baru keluarga keraton begitu pula dengan keraton Kaprabonan. Di kaprabonan bukan hanya lahan yang di serobot sampai pendopo sudah bukan lagi menjadi bagian dari keraton.

PUDARNYA EKSISTENSI KERATON DI CIREBON



PUDARNYA EKSISTENSI KERATON DI CIREBON


Dinding Kraton (depan)
Rumah warga (belakang)
Dalam sejarah Cirebon Keraton bisa menjadi landmark kota ini, namun saat ini bangunan landmark tersebut sudah tersembunyi di balik gedung tinggi yang mengelilingi keraton. Kota Cirebon saat ini memang terlihat tidak bersahabat lagi dengan sejarahnya. Maka dari itu pemerintah kota Cirebon sudah mulai memikirkan pentingnya kawasan sejarah dengan memasukan kawasan Keraton di Cirebon pada RTRW 2012-2031 kota Cirebon, sebagai kawasan strategis kota Cirebon. Walaupun demikian kawasan keraton juga masih masuk dalam wilayah perdagangan dan jasa, karena memang pasar menjadi salah satu unsur yang harus ada pada sebuah keraton. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan eksistensi keraton-keraton yang akan dimunculkan kalah eksis dengan kawasan perdagangan dan jasa yang membuat keraton semakin terpinggirkan. Keadaan tersebut bisa dilihat dari keadaan Keraton Kanoman yang tertutup pasar Kanoman. Pintu masuk keraton Kanoman pun hanya melalui jalan tengah pasar kanoman yang sempit. Pembangunan pasar yang di lakukan pemerintah juga tidak memperhatikan adanya Cagar Budaya. Kondisi saat ini yang menjadi halaman depan dari keraton Kanoman merupakan bagian belakang pasar, jadi disebelah utara alun-alun keraton digunakan sebagai toilet umum pasar.

Keraton-Keraton di Cirebon



Keraton-Keraton di Cirebon
Panji Kaseultanan Kacirebonan

Keraton-keraton yang berada di Cirebon telah menjadi saksi sejarah panjang Kota Cirebon sejak abad 13 hingga sekarang, mulai dari terbentuknya Kesultanan Cirebon hingga terbagi menjadi empat kepemimpinan seperti sekarang. Sejarah tersebut dapat terceritakan kembali secara detail saat kita mengunjungi setiap keraton yang terdapat di Cirebon. Setiap situs yang tertinggal di keraton-keraton ini memiliki falsafah yang luhur yang (semestinya) mampu menjadi potensi filosofis sebuah kota untuk maju dan berkembang. Kempat keraton tersebut adalah keraton Kasepuhan yang pertama, kemudian Keraton Kanoman, keraton Kacirebonan dan terakhir keraton Kaprabonan.

Potensi Pariwisata Cirebon



Potensi Pariwisata Cirebon

Taman Air Goa Sunyaragi
Sebagai salah satu tujuan wisata di Jawa Barat, Kota Cirebon menawarkan banyak pesona mulai dari wisata sejarah tentang kejayaan masa sebelum Islam, masa kejayaan kerajaan Islam, kisah para wali, perpaduan dengan warga tionghoa dan arab, serta perkembangan Eropa dan perkembangan masa kemerdekaan. Semua itu diwujudkan dengan peninggalan Arsitektural dan arkeologis yang sangat kental. Misalnya bangunan- bangunan keraton, Masjid kuno, bangunan Belanda, Kelenteng kuno, Makam sunan dan lain sebagainya. Selain tinggalan arstefaktual di kota ini juga terdapat kuliner khas turun temurun, serta terdapat beberapa kerajinan yang yang sampai sekarang masih tetap lestari. Seperti batik mega mendung, topeng Cirebon, Lukisan kaca dan kerajinan rotan.

SELAYANG PANDANG KOTA CIREBON



SELAYANG PANDANG KOTA CIREBON

Keraton Kasepuhan
Kata Cirebon Berdasarkan etimologi yaitu ilmu yang menyelidiki asal muasal kata serta perubahan-perubahan dalam bentuk dan arti kata. Cirebon berasal dari kata Caruban yang dalam bahasa Sunda berarti campuran, karena budaya Cirebon merupakan campuran dari budaya Sunda, Jawa, Tionghoa, dan unsur-unsur budaya Arab. Sebagai daerah pertemuan budaya Jawa dan Sunda sejak beberapa abad silam, masyarakat Cirebon biasa menggunakan dua bahasa, yaitu Sunda dan Jawa. Cirebon juga dikenal sebagai Caruban Nagari atau penanda Gunung Ceremai. Cirebon juga disebut Grage atau Negari Gede yang dalam bahasa Jawa Cirebon berarti kerajaan yang luas. Selain berasal dari kata Caruban ada beberapa yang mengetimologikan Cirebon berasal dari kata Ci dan Rebon. Ci berarti air atau sungai, dan rebon dalam bahasa Sunda berarti udang. Cirebon juga dikenal sebagai penghasil udang sehingga disebut Kota Udang.

Oleh-oleh dari Cirebon



Oleh-oleh dari Cirebon

Stasiun Cirebon
            Banyak julukan bagi kota ini, pada zaman penjajahan Belanda pun kota ini sudah mempunyai semboyan berbahasa Latin Per Aspera Ad Astra yang berarti kurang lebih “Dari duri Onak dan Lumpur menuju Bintang” di era kemerdekaan semboyan itu mulai tidak dikenal lagi dan diganti dengan sebutan Kota Wali ataupun Kota Udang karena memang sejarah besar kota ini sebagai pusat penyebaran agama Islam oleh Sunan Gunung Jati dan udang merupakan hasil laut utama kota ini. Paling baru sebutan bagi Cirebon adalah Gate Of Secret sebagai branding kota Cirebon. Julukan terakhir itu yang menurut saya sangat menarik, menurut walikota Cirebon dibuat branding itu karena masih banyak rahasia sejarah yang belum terungkap.

Pantai Ngobaran dan Nguyahan, Bali ke Gunung Kidul



Pantai Ngobaran dan  Nguyahan, Bali ke Gunung Kidul


Pura Pintu Masuk
Sebutan “Bali ke Gunung Kidul” memang punya makna ganda, dalam bahasa Jawa “Bali” diartikan “pulang” jadi jika digabung bisa berarti “Pulang ke Gunung Kidul”, tetapi maksudnya disini Bali yang berarti sebenarnya yaitu “Pulau Bali”, dan jika di jabarkan maksudnya adalah “Pulau Bali Pindah ke Gunung Kidul”. Tidak berlebihan memang jika sebutan Bali ke Gunung Kidul melekat pada pantai Ngobaran dan Nguyahan. Perjalanan ke pantai ini tidak semulus perjalanan jika anda mengunjungi pantai yang lain di Gunung Kidul. Disamping jalan yang sempit, bergelombang dan banyak lubang akses menuju kedua pantai ini jarang sekali terdapat rambu-rambu penunjuk arah. Rambu-rambu petunjuk resmi hanya terdapat di jalan utama Jogja-Wonosari dan di pasar Paliyan. Memang pantai ini belum banyak dikenal, karena mungkin akses yang sulit. Susahnya akses menuju lokasi akan terbayarkan setelah anda bisa menemukan lokasi pantai ini. Pantai ini menawarkan pengalaman berlibur di Gunung Kidul serasa di Pulau Dewata.

Nglanggeran, Gunung Api Purba Yang Eksotik



Nglanggeran, Gunung Api Purba Yang Eksotik

Pemandangan dari puncak
Namanya juga arkeolog maunya juga jalan-jalan yang ada hubungannya dengan benda purbakala, itu kata yang sering terlontar dari mulut teman-temanku. Teman-teman memang tidak salah sih. Beberapa waktu yang lalu tidak sengaja maen ke Gunung Nglanggeran yang berada di desa Nglanggeran, Kecamatan Pathuk, Kabupaten Gunung Kidul. Ketidak sengajaan itu datang ketika rencananya mencari jalan tembus dari Gunung Kidul sampai Klaten, malah melihat petunjuk ke Gunung Api Purba Nglanggeran.

Candi Sukuh, Candi Erotis



Candi Sukuh, Candi Erotis
candi Sukuh
Jalan-jalan mengunjungi candi bagi seorang arkeolog akan muncul banyak pertanyaan yang muncul. Jalan-jalan kali ini mengunjungi candi di timur kota Solo yaitu Candi Sukuh. Candi Sukuh terletak di dukuh Berjo, Desa Sukuh, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta, Jawa Tengah. Candi Sukuh berada di lereng kaki Gunung Lawu kurang lebih 910 meter di atas permukaan laut. Candi Sukuh merupakan salah satu situs purbakala berupa kompleks candi yang berlatarbelakang agama Hindu karena ditemukan objek pemujaan lingga dan yoni sebagai simbol kesuburan. Bahan batu candi terbuat dari batu andesit. Candi ini disusun berteras  dengan arah membujur arah timur barat membelakang dan pintu masuk di sebelah barat  Susunan teras yang makin ke belakang makin tinggi mirip bangunan prasejarah berupa punden berundak (Perry, 1918; van Heekeren, 1960). Gapura pertama seperti bentuk pylon di Mesir dan bangunan candi induk mirip dengan bentuk piramida terpotong atau bangunan kuno di Meksiko (Stutterheim, 1930: 13). Di kompleks candi ada arca binatang berupa kura-kura, garuda, dan gajah; arca tokoh raksasa yang tak dikenal; Dwarapala; patung hewan berbentuk celeng (babi hutan) dan gajah berpelana.

Candi Kalasan Arsitektur Budha Tertua di Jawa



Candi Kalasan
Arsitektur Budha Tertua di Jawa


Candi Kalasan
Diantara rumah warga di Dusun Kalibening, Kecamatan Kalasan, Kabupaten Sleman, Propinsi DIY, menjulang sebuah bangunan dari batu yang berukuran 45 X 45 meter persegi. Meskipun terlihat kontras dengan lingkungan bangunan tersebut merupakan bukti kejayaan Kerajaan Mataram Kuno antara abad 8-10 Masehi. Bangunan tersebut dikenal dengan Candi Kalasan.
Pada sebuah prasasti yang ditemukan didaerah tersebut yang berangka tahun 778 M, berbahasa Sansekerta dan berhuruf Prenagari, disebutkan bahwa seorang guru dan penasehat raja berhasil membujuk Maharaja Panangkaran dari keluarga Syailendra yang beragama Hindu Untuk membangun bangunan kuil bagi umatnya yang beragama Budha.  Dari prasasti tersebut terlihat toleransi umat beragama pada masa itu sudah terjalin.

Analisa di Kompleks Makam Kyai Raden Santri, Gunung Pring, Muntilan


Analisa di Kompleks Makam Kyai Raden Santri
Gunung Pring, Muntilan

Kompleks Makam Kyai Raden Santri
Pada tulisan sebelumnya telah diuraikan tentang Kompleks Makam Kyai Raden Santri di Gunung Pring, Muntilan. Setelah dilakukan beberapa pencermatan tentang kompleks makam tersebut ditemukan dua hal menarik. Sesuatu yang menarik tersebut adalah makam-makam dalam komplek ini memiliki susunan yang melingkar. Susunan melingkar seperti ini jarang ditemukan di kompleks makam kuno. Selain itu juga dalam komplek makam ini hanya terdapat dua makam wanita atau nyai yaitu Nyai Harun merupakan istri dari Kyai Harun dan Nyai Gus Jogo Rekso istri dari Kyai Gus Jogo Rekso.
          Dari hal menarik yang ditemukan dalam kompleks makam tersebut bisa dijelaskan sebagai berikut:

Jalur Pemetik Teh, Kemuning (All Mountain Bike Park)


Jalur Pemetik Teh, Kemuning, Karanganyar
(All Mountain Bike Park)

Foto dulu sebelum bertempur
Minggu pagi tanggal 15 Juli 2012 pukul 05.00 WIB, matahari belum sedikitpun terlihat tapi petualanganku dengan sepeda kesayangan dimulai. Bangun tidur, mandi, dan tak lupa sholat subuh (karena saya memang seorang yang taat beribadah), mengisi botol minum dan berangkat menuju titik kumpul yang direncanakan. Di titik kumpul (bawah Jembatan Layang Janti) dari jauh terlihat pak Pujo dan Mas Taqiem memakai kaos orange J-MTB.

Masjid Perak, Kota Gede


Masjid Perak Kota Gede


Masjid Perak Kota Gede merupakan masjid tertua kedua di Kota Gede setelah Masjid Agung Kota Gede yang berdiri di sebelah utara Masjid Agung Kota Gede Mataram. Masjid ini mulai dibangun pada tahun 1937 dan selesai pada tahun 1939 (Nakamura 1983, 97-98). Masjid Perak berada di tengah pemukiman penduduk tepatnya di belakang SMA Muhamadiyah, Jalan Mandarakan, Prenggan, Kotagede atau jalan yang menuju Tegal Gendu. Masjid ini hanya berjarak 100 meter dari pasar Kota Gede kearah barat.

Gereja Blenduk, Icon Kota Lama Semarang


Gereja Blenduk, Icon Kota Lama Semarang

Semarang memiliki suatu kawasan bersejarah yang pada sekitar abad 18 menjadi pusat perdagangan. Kawasan tersebut pada masa sekarang disebut Kota Lama. Pada masa itu, untuk mengamankan warga dan wilayahnya, maka kawasan itu dibangun benteng, yang dinamai benteng VIJHOEK. Untuk mempercepat jalur perhubungan terdapat 3 pintu gerbang dibenteng itu maka dibuat jalan-jalan perhubungan, dengan jalan utamanya dinamai HEEREN STRAAT. Saat ini bernama Jl. Let Jen Soeprapto. Salah satu lokasi pintu benteng yang ada sampai saat ini adalah Jembatan Berok, yang disebut DE ZUIDER POR.

MUSEUM HAJI HIDAYAT (Museum Seni Rupa Indonesia)


MUSEUM HAJI HIDAYAT
(Museum Seni Rupa Indonesia)
Museum Haji Hidayat merupakan museum seni rupa yang dikemas dalam bangunan yang megah dan terencana terdiri dari dua lantai, diatas tanah seluas 5.000 m2 (ditambah 2.500 m2 masih berupa tanah persawahan) Museum seni rupa ini terletak di Jalan Letnan Tukiyat, Sawitan, Kota Mungkid, Kabupaten Magelang (1 jam perjalanan dengan mobil dari Yogyakarta, atau di simpang tiga 2 Km menjelang Candi Borobudur). Museum ini diresmikan pada tanggal 20 April 1994 oleh Prof. Dr. Ing. Wardiman Djojonegoro Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia. Museum H. Hidayat adalah wujud nyata dari sebuah impian, obsesi dan prestasi dari pelukis Widayat. Impian dan obsesinya untuk memelihara dan mengabadikan karya-karya pelukis muda, khususnya karya mahasiswa ISI Yogyakarta di sana juga terdapat karya pelukis seusia dan seangkatan Widayat seperti Fajar Sidik, Bagong Kussudihardjo, Abdullah, Rusli, Sudaso, Kurnadi, dan karya patung But Bochtar. Menyusul nama-nama dari generasi berikutnya, seperti Subroto SM, Aming Prayitno, Sudarisman, Suwajim, Harjiman, Agus Burhan, Made Djirna, Agus Kamal, Ivan Sagito, Nindityo Adi Purnomo, Kasman Ks, Cahyo Prabowo. dll.

“Wisata Arkeologi”, Antara Ilmu dan Hiburan


“Wisata Arkeologi”, Antara Ilmu dan Hiburan
Dari istilahnya Wisata Arkeologi lebih merujuk pada kegiatan yang bersifat santai atau mencari kesenangan. Sering kali wisata Arkeologi sering disebut sebagai wisata budaya yang cakupanya tentu lebih luas. Wisata Arkeologi bukanlah hal baru, kegiatan ini sudah dilakukan sejak ribuan tahun lalu. Herodotus (484-424SM) misalnya, banyak melukiskan kisah perjalanan di Laut Tengah dan Mesir. Maraknya “wisata arkeologi” adalah bagian dari ledakan industri pariwisata sebagai akibat dari proses budaya yang terjadi dalam masyarakat setelah Perang Dunia ke-2. memang, wisata bukan Cuma fenomena ekonomi tapi lebih dari itu adalah fenomena sosial budaya (Apostolospoulus, 1996).

Museum Sonobudoyo, Yogyakarta


Museum Sonobudoyo, Yogyakarta
Museum Sonobudoyo merupakan museum sejarah dan kebudayaan Jawa termasuk bangunan arsitektur klasik Jawa. Museum ini menyimpan koleksi budaya dan sejarah Jawa yang dianggap paling lengkap setelah Museum Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Selain keramik pada zaman Neolitik dan patung perunggu dari abad ke-8, museum ini juga menyimpan beberapa macam bentuk wayang kulit, berbagai senjata kuno (termasuk keris), dan topeng Jawa. Terdapat juga koleksi dari daerah Bali, karena pada waktu itu Bali merupakan bagian dari Jawa. Di dinding bagian dalam gapura sisi Timur terdapat Prasasti dengan Candra Sengkala “Kayu Winayang Ing Brahmana Budha”, yang berarti Tahun 1886 (Tahun Jawa), atau 1935 Masehi, dimana Museum Sonobudoyo didirikan. Museum ini sebelumnya bernama Java Institute ketika masih milik pemerintah Hindia Belanda setelah diserahkan ke pemerintah Indonesia diganti dengan nama Museum Sonobudoyo.

Masjid Sela, Yogyakarta


Masjid sela terletak di kawasan Sawojajar, kelurahan Kadipaten, kecamatan Kraton, menurut catatan sejarah yayasan dalam kadipaten dibuat oleh Sultan Hamengku Buwono I. Adapun masjid ini dibangun bersama dengan pasanggrahan Taman Sari dan Pulo Gedong ( Segaran) serta panggung krapyak yang dibangun sekitar tahun 1758/1791,di bawah pimpinan Tumenggung Mangundipiro dan dalam pengawasan RM Sundoro ( calon pangeran Adipati Anom). Sebagian atap bangunan masjid Selo diberi bentuk, corak, dan lung-lungan semi.sangat kuatnya campuran pasir dan legen sehingga kuat seperti batu serta ditambah dengan batu gamping.

BOROBUDUR INTERHASH 2012


BOROBUDUR INTERHASH

            Apasih Borobudur Interhash?? itu pertanyaan yang muncul di otakku beberapa hari ini lihat Bus warna hijau milik TNI hilir mudik dari bandara Adisutjipto ke arah Magelang. Dari sumber yang terpercaya, ternyata Borobudur Interhash merupakan kejuaran lintas alam jejak nonkompetisi. Event dua tahunan itu mengandung unsur  permainan (fun), kebugaran (fitnes), dan persahabatan (frenship). Ada pun jarak yang ditempuh bervariasai, mulai short sepanjang 4-6 km, medium 6-8 km, long 8-12 km hinga super long 12-25 km, dan rute VVIP (4,25 kilometer). Interhash kali pertama diadakan di Malaysia tahun 1978 dan kebanyakan diikuti veteran militer. Selanjutnya secara berkala tiap dua tahun sekali digelar, bergantian di berbagai  negara. Sebelumnya, Indonesia dua kali menjadi penyelenggara, tahun 1982 di Jakarta dan di Bali tahun 1988.

GEDUNG SATE PERPADUAN ARSITEKTUR BARAT DAN LOKAL


GEDUNG SATE
PERPADUAN ARSITEKTUR BARAT DAN LOKAL

Bangunan ini terletak di Jalan di Jl. Diponegoro No.22 Bandung yang dahulu disebut Wihelmina Boulevard. Tepat didepan Gedung Sate adalah lapangan Gasibu. Gedung Sate saat ini berfungsi sebagai Kantor Gubernur Kepala Daerah Propinsi Jawa Barat Sayap Timur Gedung Sate sekarang ditempati oleh Kantor Pusat Pos dan Giro. Sedangkan bangunan tambahan pada sayap Barat, merupakan Gedung DPRD Propinsi Jawa Barat.

Komplek Makam Kyai Raden Santri


Komplek Makam Kyai Raden Santri

Komplek makam ini berada di sebuah bukit yang bernama Gunung Pring, Desa Gunung Pring, Kecamatan Muntilan, Kabupaten Magelang. Kurang lebih sekitar 30 km kearah barat dari kota Yogyakarta. Komplek makam ini mudah dicapai dengan kendaraan pribadi ataupun kendaraan umum.