Masjid Jami’, Masjid Tertua di Bengkulu



Masjid Jami’, Masjid Tertua di Bengkulu

Masjid Jami', Bengkulu
Sudah banyak tulisan yang mengungkap tentang keberadaan Masjid Jami’ Bengkulu akan tetapi tulisan tentang sejarah pendirian Masjid tersebut masih sangat minim. Masyarakat luas hanya mengetahui bahwa masjid tersebut dibangun oleh presiden pertama RI, Ir. Soekarno. Padahal Masjid Jami’ sudah berdiri jauh sebelum Ir. Soekarno diasingkan ke Bengkulu, yaitu pada abad 18 M. Sebelum berada di lokasi yang saat ini, menurut wawancara dengan imam masjid yang juga merupakan keturunan Imam pada masa pengasingan bung karno, lokasi masjid Jami’ berada di dekat pantai. Pemindahan masjid ini menurut imam masjid dikarenakan lokasi lama sering  tergenang air.

Bengkulu, The Land Of Rafflesia



Bengkulu, The Land Of Rafflesia


Bunga Rafflesia Arnoldi (dalam ukuran sebenarnya)
            The Land Of Rafflesia, julukan tersebut sangat cocok dengan kota Bengkulu yang merupakan wilayah endemik bunga Rafflesia Arnoldi yang sangat terkenal. Di Bengkulu juga pertama kali bunga ini ditemukan oleh pemandu Dr. Joseph Arnold. Dr. Joseph Arnold sendiri tengah mengikuti ekpedisi yang dipimpin oleh gubernur Hindia Belanda waktu itu Thomas Stamford Raffles. Maka penamaan bunga tersebut dari penggabungan Raffles dan Arnold munculah nama Rafflesia Arnoldi. Ekspedisi Raffles sendiri merupakan ekspedisi yang dilakukan untuk menggali sejarah Sumatra yang sudah mulai merosot karena Imperialisme Belanda dan untuk mempertahankan Inggis di tanah Melayu.

Lawang Sanga, Gerbang Laut Keraton Kasepuhan



Lawang Sanga, Gerbang Laut Keraton Kasepuhan

Bangunan Lawang Sanga

Sangat sedikit tulisan yang mengangkat Lawang Sanga. Sangat banyak tulisan tentang Cirebon yang mengangkat wisata keraton. Padahal selain keraton banyak tempat bersejarah di Cirebon yang berhubungan dengan sejarah Islam Cirebon seperti Lawang Sanga. Lawang Sanga merupakan bangunan kecil bersejarah dan termasuk dalam bangunan cagar budaya yang terletak di tepi Sungai Kriyan di bagian belakang Keraton Kasepuhan dan merupakan pintu gerbang keraton Kasepuhan dari arah perairan. Bangunan ini mempunyai peranan penting pada masa lalu karena tamu-tamu Kesultanan Cirebon yang akan menuju ke istana datang dan pergi dari pintu tersebut. Peranan Lawang Sanga ini tidak hanya dalam bidang sosial ekonomi saja, akan tetapi juga dalam bidang lain seperti kebudayaan, pendidikan dan politik. Pada jaman dahulu Kesultanan Cirebon yang merupakan Kesultanan Islam yang cukup besar telah mengadakan hubungan multilateral dengan negara, bangsa dan kerajaan lain, seperti dari Gujarat, Campa, Cina, Arab dan lain sebagainya. Peranan Lawang Sanga sebagai pintu gerbang Keraton dari arah perairan Laut Jawa ini demikian penting sehingga konon dahulu daerah tersebut dahulu merupakan daerah yang cukup sibuk.

Bayang-Bayang Kehancuran Keraton di Cirebon



Bayang-Bayang Kehancuran Keraton di Cirebon



Kolam Langensari
Pudarnya eksistensi keraton sebagai penguasa wilayah diikuti oleh lemahnya pengawasan pada wilayahnya. Tidak mengherankan jika banyak terjadi alih fungsi lahan di sekitar keraton baik itu keraton Kasepuhan, Kanoman, Kacirebonan maupun Kaprabonan. Banyak tanah keraton telah beralih kepemilikan secara legal tak sedikit yang telah bersertifikat dan tak sedikit pula yang ilegal dengan status magersari. Tanah magersari di sekitar keraton dimanfaatkan secara tidak terkendali sehingga menyebabkan ancaman terhadap keberadaan Cagar Budaya. Beberapa bangunan cagar budaya diubah dan dirusak untuk pemukiman. Misalnya tembok benteng keraton Kasepuhan dibelakang keraton banyak yang sudah berubah menjadi tembok rumah warga. Tidak hanya di Kasepuhan alih fungsi lahan juga terjadi di tiga keraton lainya, di Kanoman pinggir alun-alun keraton mejadi toilet pasar Kanoman, rumah penduduk diluar benteng/dinding kraton dinding rumah menempel langsung pada dinding kraton. Di kacirebonan, karena pembagian warisan beberapa tanah di gunakan untuk bangunan baru keluarga keraton begitu pula dengan keraton Kaprabonan. Di kaprabonan bukan hanya lahan yang di serobot sampai pendopo sudah bukan lagi menjadi bagian dari keraton.

PUDARNYA EKSISTENSI KERATON DI CIREBON



PUDARNYA EKSISTENSI KERATON DI CIREBON


Dinding Kraton (depan)
Rumah warga (belakang)
Dalam sejarah Cirebon Keraton bisa menjadi landmark kota ini, namun saat ini bangunan landmark tersebut sudah tersembunyi di balik gedung tinggi yang mengelilingi keraton. Kota Cirebon saat ini memang terlihat tidak bersahabat lagi dengan sejarahnya. Maka dari itu pemerintah kota Cirebon sudah mulai memikirkan pentingnya kawasan sejarah dengan memasukan kawasan Keraton di Cirebon pada RTRW 2012-2031 kota Cirebon, sebagai kawasan strategis kota Cirebon. Walaupun demikian kawasan keraton juga masih masuk dalam wilayah perdagangan dan jasa, karena memang pasar menjadi salah satu unsur yang harus ada pada sebuah keraton. Hal tersebut tidak menutup kemungkinan eksistensi keraton-keraton yang akan dimunculkan kalah eksis dengan kawasan perdagangan dan jasa yang membuat keraton semakin terpinggirkan. Keadaan tersebut bisa dilihat dari keadaan Keraton Kanoman yang tertutup pasar Kanoman. Pintu masuk keraton Kanoman pun hanya melalui jalan tengah pasar kanoman yang sempit. Pembangunan pasar yang di lakukan pemerintah juga tidak memperhatikan adanya Cagar Budaya. Kondisi saat ini yang menjadi halaman depan dari keraton Kanoman merupakan bagian belakang pasar, jadi disebelah utara alun-alun keraton digunakan sebagai toilet umum pasar.

Keraton-Keraton di Cirebon



Keraton-Keraton di Cirebon
Panji Kaseultanan Kacirebonan

Keraton-keraton yang berada di Cirebon telah menjadi saksi sejarah panjang Kota Cirebon sejak abad 13 hingga sekarang, mulai dari terbentuknya Kesultanan Cirebon hingga terbagi menjadi empat kepemimpinan seperti sekarang. Sejarah tersebut dapat terceritakan kembali secara detail saat kita mengunjungi setiap keraton yang terdapat di Cirebon. Setiap situs yang tertinggal di keraton-keraton ini memiliki falsafah yang luhur yang (semestinya) mampu menjadi potensi filosofis sebuah kota untuk maju dan berkembang. Kempat keraton tersebut adalah keraton Kasepuhan yang pertama, kemudian Keraton Kanoman, keraton Kacirebonan dan terakhir keraton Kaprabonan.

Potensi Pariwisata Cirebon



Potensi Pariwisata Cirebon

Taman Air Goa Sunyaragi
Sebagai salah satu tujuan wisata di Jawa Barat, Kota Cirebon menawarkan banyak pesona mulai dari wisata sejarah tentang kejayaan masa sebelum Islam, masa kejayaan kerajaan Islam, kisah para wali, perpaduan dengan warga tionghoa dan arab, serta perkembangan Eropa dan perkembangan masa kemerdekaan. Semua itu diwujudkan dengan peninggalan Arsitektural dan arkeologis yang sangat kental. Misalnya bangunan- bangunan keraton, Masjid kuno, bangunan Belanda, Kelenteng kuno, Makam sunan dan lain sebagainya. Selain tinggalan arstefaktual di kota ini juga terdapat kuliner khas turun temurun, serta terdapat beberapa kerajinan yang yang sampai sekarang masih tetap lestari. Seperti batik mega mendung, topeng Cirebon, Lukisan kaca dan kerajinan rotan.

SELAYANG PANDANG KOTA CIREBON



SELAYANG PANDANG KOTA CIREBON

Keraton Kasepuhan
Kata Cirebon Berdasarkan etimologi yaitu ilmu yang menyelidiki asal muasal kata serta perubahan-perubahan dalam bentuk dan arti kata. Cirebon berasal dari kata Caruban yang dalam bahasa Sunda berarti campuran, karena budaya Cirebon merupakan campuran dari budaya Sunda, Jawa, Tionghoa, dan unsur-unsur budaya Arab. Sebagai daerah pertemuan budaya Jawa dan Sunda sejak beberapa abad silam, masyarakat Cirebon biasa menggunakan dua bahasa, yaitu Sunda dan Jawa. Cirebon juga dikenal sebagai Caruban Nagari atau penanda Gunung Ceremai. Cirebon juga disebut Grage atau Negari Gede yang dalam bahasa Jawa Cirebon berarti kerajaan yang luas. Selain berasal dari kata Caruban ada beberapa yang mengetimologikan Cirebon berasal dari kata Ci dan Rebon. Ci berarti air atau sungai, dan rebon dalam bahasa Sunda berarti udang. Cirebon juga dikenal sebagai penghasil udang sehingga disebut Kota Udang.