Gereja Blenduk, Icon Kota Lama Semarang

Gereja Blenduk, Icon Kota Lama Semarang

Semarang memiliki suatu kawasan bersejarah yang pada sekitar abad 18 menjadi pusat perdagangan. Kawasan tersebut pada masa sekarang disebut Kota Lama. Pada masa itu, untuk mengamankan warga dan wilayahnya, maka kawasan itu dibangun benteng, yang dinamai benteng VIJHOEK. Untuk mempercepat jalur perhubungan terdapat 3 pintu gerbang dibenteng itu maka dibuat jalan-jalan perhubungan, dengan jalan utamanya dinamai HEEREN STRAAT. Saat ini bernama Jl. Let Jen Soeprapto. Salah satu lokasi pintu benteng yang ada sampai saat ini adalah Jembatan Berok, yang disebut DE ZUIDER POR.

            Jalur pengangkutan lewat air sangat penting hal tersebut dibuktikan dengan adanya sungai yang mengelilingi kawasan ini menurut cerita jaman dulu dapat dilayari dari laut sampai dengan daerah Sebandaran, dikawasan Pecinan. Masa itu Hindia Belanda pernah menduduki peringkat kedua sebagai penghasil gula seluruh dunia. Pada saat tanam paksa ( Cultur Stelsel ) dijalankan diseluruh kawasan Hindia Belanda.
            Kawasan Kota Lama Semarang disebut juga OUTSTADT. Luas kawasan ini sekitar 31 Hektar. Dilihat dari kondisi geografi, nampak bahwa kawasan ini terpisah dengan daerah sekitarnya, sehingga nampak seperti kota tersendiri, sehingga mendapat julukan "LITTLE NETHERLAND" atau Belanda kecil. Kawasan ini merupakan saksi bisu sejarah Indonesia masa kolonial Belanda lebih dari 2  abad. Walikota Semarang melakukan pendataan bangunan kuno bersejarah. Lewat sebuah SK Walikota No 646/50/92, dinyatakan 101 bangunan kuno di Semarang harus dilestarikan. Berbagai bangunan bercorak arsitektur Eropa, khususnya Belanda berderet di sepanjang jalan sekitar utara dan barat Pasar Johar. Di antaranya PT Telkom, Kantor Pos, PT Asuransi Jiwasraya, Setasiun Tawang, Bank NISP, Jakarta Loyd, Bank Mandiri, GKBI, Ro-kok Praoe Lajar, Marba, Marabunta serta Gereja Blenduk sebagai ‘mahkota’-nya bangunan di kawasan kota lama.
Bangunan gereja yang nama aslinya Gereja Immanuel ini lebih dikenal dengan nama Gereja Blenduk karena bagian atapnya berupa kubah setengah lingkaran. Kubahnya berbentuk ‘blenduk’ (menonjol) itulah akhirnya gereja ini lebih dikenal dengan nama Gereja Blenduk dibanding nama asli Gereja Immanuel.
Gereja Kristen ini dibuat 1753 di zaman pendeta Johannes Wihelmus Swemmelaar dan pernah direnovasi tahun 1894-1895 di jaman pendeta Cornelis Rogge dan Abraham Sammuel CA.
Gereja Blenduk dengan arsitektur Eropa klasik ini memiliki orgel atau musik gerejawi buatan P Farwangler dan Hammer yang diyakini masih asli ditempatkan di salah satu balkonnya. Sayangnya, orgel pipa alumunium ini sejak akhir 1970-an sudah tidak bisa dipergunakan lagi. Menurut Ketua Majelis Jemaat GPBI Imanuel Pendeta MM Pontoh, perlu dana besar untuk bisa memfungsikan kembali orgel di gereja Blenduk.
Berbeda dari bangunan lain di Kota Lama yang pada umumnya memagari jalan dan tidak menonjolkan bentuk, gedung bergaya Neo-Kalsik ini justru tampil kontras. Bentuknya lebih menonjol . Lokasi bangunan ini frontal terhadap  Jl. Suari yang dahulu bernama  Kerk straat (jalan Gereja). Bangunan gereja yang sekarang merupakan bangunan setangkup dengan facade tunggal yang secara vertikal terbagi atas tiga bagian. Jumlah lantainya adalah dua buah. Bangunan ini menghadap ke Selatan. Lantai bangunan hampir sama tinggi dengan jalan di depannya. Pondasi yang digunakan adalah batu dan sistem strukturnya dari bata. Dinding terbuat dari bata setebal satu batu. Atap bangunan berbentuk kubah dengan penutupnya lapisan logam yang dibentuk oleh usuk kayu jati. Di bawah pengakiran kubah terdapat lubang cahaya  yang menyinari ruang dalam yang luas . Pada sisi bangunan, Timur, Selatan dan Barat terdapat portico bergaya Dorik Romawi yang beratap pelana. Gereja ini memiliki dua buah Menara dikiri kanan  Yang denahnya dasar berbentuk bujur sangkat  tetapi pada lapisan paling atas  berbentuk bundar. Menara ini beratap kubah  kecil. Cornice yang ada disekililing bangunan berbentuk garis-garis mendatar. Pintu masuk merupakan pintu ganda dari panel kayu. Ambang atas pintu berbentuk lengkung. Demikian pula halnya dengan ambang atas jendela, yang berbentuk  busur.  Type jendela ada dua kelompok. Yang pertama ialah jendela ganda berdaun krepyak, sedangkan yang kedua merupakan jendela kaca patri warna-warni berbingkai. Bangunan yang terkait di sekitar Gereja Blenduk adalah Gedung Jiwasraya yang terletak di sebelah Selatan, kantor Kerta Niaga di sebelah Barat, ruang terbuka bekas Parade Plein di sebelah Timurnya.
Pondasi bangunan di bagian timur sempat ambles beberapa sentimeter sehingga dikhawatirkan bisa mengganggu konstruksi keseluruhan bangunan. Masalah itu akhirnya bisa diatasi dengan beberapa perbaikan sehingga terhindar dari lebih parahnya kerusakan.
Melihat keindahan bangunan Gereja Blenduk dan kekhawatiran akan cepat ambruknya bangunan kuno itu maka berbagai upaya perawatan ditempuh. Memang tidak sedikit dana yang diperlukan untuk perawatan bangunan kuno ini yang selama ini ditopang lebih banyak dari para jemaat, sementara dana perawatan rutin dari pemerintah tidak ada. Bahkan sebuah mall terbesar (Java Mall) di kota ini dioperasikan sekitar setahun lalu di Jalan MT Haryono bagian depan bangunan mall terdapat beberapa kubah besar yang oleh kebanyakan orang dianggap menyerupai kubah Gereja Blenduk.

Currently have 0 komentar:


Leave a Reply