Museum Sonobudoyo, Yogyakarta
Museum Sonobudoyo merupakan museum sejarah dan kebudayaan Jawa termasuk bangunan arsitektur klasik Jawa. Museum ini menyimpan koleksi budaya dan sejarah Jawa yang dianggap paling lengkap setelah Museum Nasional Republik Indonesia di Jakarta. Selain keramik pada zaman Neolitik dan patung perunggu dari abad ke-8, museum ini juga menyimpan beberapa macam bentuk wayang kulit, berbagai senjata kuno (termasuk keris), dan topeng Jawa. Terdapat juga koleksi dari daerah Bali, karena pada waktu itu Bali merupakan bagian dari Jawa. Di dinding bagian dalam gapura sisi Timur terdapat Prasasti dengan Candra Sengkala “Kayu Winayang Ing Brahmana Budha”, yang berarti Tahun 1886 (Tahun Jawa), atau 1935 Masehi, dimana Museum Sonobudoyo didirikan. Museum ini sebelumnya bernama Java Institute ketika masih milik pemerintah Hindia Belanda setelah diserahkan ke pemerintah Indonesia diganti dengan nama Museum Sonobudoyo.
Pendopo Museum Sonobudoyo
Arsitektur bangunan museum Sonobudoyo merupakan bangunan rumah tipe jawa. Rumah tersebut dibagi menjadi beberapa bagian diantaranya Pendopo, Joglo, gandok kanan, gandok kiri dan pawon. Pendopo dari bangunan museum ini tidak semegah bangunan jawa lain yang memakai hiasan ukir-ukiran. Hal itu dikarenakan konsep yang dianut bahwa pendopo kyang berukiran hanya milik kraton. Akan tetapi walaupun begitu yang sedikit ganjal dari pendopo ini adalah tidak terdapatnya tumpang sari pada bagian atas dari saka gurunya padahal rumah jawa biasanya tumpang sari seperti banyak terdapat di kota gede yang sebagian besar memiliki tumpang sari. Pendopo disini memiliki bentuk yang sederhana sekali dengan tidak adanya tumpang sari. Pendopo tersebut menggunakan bahan berupa kayu Jati dengan kualitas tinggi. Pendopo ini tidak memakai tumpang sari kemungkinan dikarenakan arsitek utama pada pembangunan pendopo merupakan orang Belanda yang mungkin mempunyai pandangan lain tentang pendopo menggunakan tumpang sari.
Currently have 0 komentar: