Pecinan Bengkulu, Antara Ada dan Tiada


Pecinan Bengkulu, Antara Ada dan Tiada


Salah Satu Rumah di Pecinan
          Hampir setiap kota di Indonesia memiliki kampung pecinan yang merupakan pemukiman orang keturunan China. Di Indonesia ada beberapa Pecinan yang terkenal dan masih eksis sampai sekarang antara lain Pecinan Jakarta, Bandung, Semarang, Yogyakarta dan Magelang. Di daerah yang memiliki pecinan masih eksis tidak jarang mereka mengadakan kegiatan yang bergenre Cina misalnya pada saat perayaan tahun baru Cina. di kota lain biasanya juga ada perayaan yang serupa tapi tidak sebesar di kota-kota tersebut. Misalnya saja pecinan di kota Bengkulu, pada waktu waktu tertentu pecinan di kota Bengkulu juga mengadakan perayaan hanya saja tidak sebesar kota yang lainnya.


Lorong diantara rumah 



Halaman Kurang Terawat
       Pecinan di Kota Bengkulu berlokasi di kelurahan Malabro, kecamatan Teluk Segara. Lokasi ini tepat berada didepan gerbang benteng Malborough. Dahulu pecinan Bengkulu menempati peranan yang penting dalam perekonomian Kota Bengkulu. Posisinya yang dekat dengan pelabuhan Tapak Paderi membuat aktifitas warga berlangsung 24 jam tanpa henti kala itu. Bongkar muat kapal arus penumpang tanpa henti menjadi pemandangan sehari hari tanpa henti. Disekitar Pecinan jugaterdapat gudang-gudang dengan pintu yang besar untuk menampung hasil bumi dari pedalaman Bengkulu. Sampai sebelum karang di dekat pantai Panjang dihancurkan pelabuhan ini masih menjadi pelabuhan yang sibuk. Setelah karang dihancurkan pelabuhan mengalami pendangkalan, mecusuar kembar di barat Benteng Malborough dirobohkan.
Rumah Cina tidak Terawat
            Pecinan dikota bengkulu sudah tidak seramai dahulu cenderung semakin sepi. Pemandangan sepinya pecinan Bengkulu hampir setiap hari terjadi. Rumput-rumput tumbuh tak beraturan di jalan dan depan rumah warga, dinding, atap dan pintu rusak seperti tidak dipedulikan. Rumah-rumah Pecinanan tergolong tinggi, lantai paling atas biasanya di gunakan sebagai sarang burung walet. Saat ini generasi muda keturunan Cina tidak banyak yang mau menempati rumahnya, akibatnya banyak terjadi kerusakan di rumah-rumah tersebut. Bangunan yang masih terawat dengan baik mungkin hanya bisa dihitung dengan jari. 

Currently have 0 komentar:


Leave a Reply